Berkabar 12: Menciptakan privilege untuk diri sendiri
Pernah ga sih kamu penasaran saat liat orang-orang yang jauh lebih sukses atau berhasil membuat suatu karya atau bisnis? Mungkin mereka punya privilege tertentu. Benarkah begitu?
Mari kita bahas di berkabar kali ini yaa.
Menciptakan Privilege sendiri
Satu hal yang saya amati dari kebanyakan orang-orang sukses yang jarang di ulas dan ditampilkan di buku maupun perbincangan adalah privilege yang mereka miliki dan mereka mampu memanfaatkannya secara optimal.
Memang ada orang yang benar-benar sukses mulai dari nol kondisinya. Mereka berusaha keras sendiri. Tak kenal lelah dan putus asa. Pada akhirnya mereka sukses dengan keringat dan air mata mereka sendiri. Contoh yang terkenal mungkin Pak Chairul Tanjung.
Namun, disini saya lagi nggak bahas itu. Topik privilege sedang bersemayam dipikiran dan ingin saya tuangkan di newsletter kali ini.
Tentang privelege sendiri, mari kita lihat definisi kata ini dari Cambridge Dictionary.
an advantage that only one person or group of people has, usually because of their position or because they are rich
an opportunity to do something special or enjoyable
the way in which rich people or people from a high social class have most of the advantages in society
Dari kamus tersebut, bisa diartikan bahwa privelege adalah sebuah keadaan yang membantu orang mengakselerasi usaha mereka.
Misalnya gini. Ada 2 orang yang sama-sama rajin dan suka belajar.
Budi datang dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, Ali dari orang yang mampu. Dengan keterbatasan ekonomi yang di alami Budi ini berpengaruh juga pada sejauh apa dia belajar.
Sedangkan Ali karena mampu, dia bisa memiliki komputer, internet, dan akses ke guru bahasa inggris. Alhasil pada akhirnya Ali jauh lebih sukses daripada Budi.
Terdengar tidak adil memang. Karena banyak tokoh terkenal di TV/Youtube bilang sukses adalah hak segala orang. Ekonomi tidak membatasi seseorang untuk berkarya dan sukses dibidang masing-masing.
Iya memang. Namun kenyataannya selalu ada privilige yang berperan disitu. Bukannya mau negative thinking terus cari alasan buat nggak sukses gitu. Namun ini adalah hal nyata dimana kita harus mengakui itu dan mengambil hikmah dari itu.
Terus gimana dong kalau kita-kita ini senasib dengan Budi yang berasal dari keluarga kurang mampu atau biasa aja?
Berita baiknya, privelege juga bisa kita ciptakan dengan pengorbanan-pengorbanan.
Saya coba kasih contoh yaa.
Saya ingat dulu ketika saya pertama kali ikut workshop Financial Revolution nya Pak Tung Desem Waringin saat masih sekolah SMK. Biayanya cukup mahal buat saya seorang pelajar waktu itu yaitu sekitar 1.3 Juta. Uang hasil saya ngerjain proyek dan adsense saya korbankan padahal saya bisa beli hp atau hal lain dari uang itu. 1.3 Juta itu adalah tiket yang platinum duduk didepan sendiri. Sebenarnya ada sih tiket Gold dan Silver dibawah 1 juta.
Saya yakin dengan duduk diplatinum, saya bisa dapat spot yang strategis untuk memperhatikan Pak Tung secara optimal.
Benar saja. Dari situ saya dapat kesempatan untuk belajar ilmu2 mahal yang jarang sekali dibahas dimanapun. Tentang kecerdasan keuangan, cara kerja uang, perilaku terhadap uang, dan cara menumbuhkan uang.
Selain itu karena ini workshop dimana ada kesempatan buat kerja sama, saya berkenalan dengan orang-orang yang di Platinum adalah pengusaha2 besar maupun professional dengan jabatan yang cukup tinggi di perusahaan mereka masing-masing.
Setelah acara itu, bahkan 2 minggu saya ingat sempat ikut seorang developer properti berbisnis dan bagaimana berjualan properti.
Pengalaman yang mungkin tidak saya dapatkan kalau saya tidak berani ikut workshop tersebut. Atau dalam yang sama menciptakan privilege untuk diri saya sendiri.
Sampai sekarang workshop tersebut menjadi salah satu event yang mengubah hidup saya secara kecerdasan finansial.
Saya jadi punya akses-akses ke pengusaha dimana saya bisa bertanya langsung bagaimana mereka mengeluarkan uang, berbisnis dan berinvestasi.
Sebuah privelege yang saya sadar mungkin temen2 sebaya belum mendapatkan.
Ini adalah sebuah contoh saja kecil saja.
Bayangin privilege apa yang didapat oleh seorang Nadiem Makarim yang kuliah di Harvard atau Kaesang putra presiden berlatar belakang pengusaha yang kuliah di Singapore. Saat sama-sama membangun bisnis, mereka bisa saja punya akses ke orang-orang yang jauh lebih sukses terlebih dahulu untuk mengajarin dan memberika nasehat ke mereka. Sedangkan yang lain nggak.
Jadi menurut saya privilege adalah hal nyata yang bisa membantu kita meraih tujuan jauh lebih cepat lagi.
Hal baiknya, saya, kamu, atau kita bisa menciptakannya.Jangan hanya mengeluh.
Beberapa hal menarik yang ingin aku share kali ini.
Berbagai tulisan Naval Ravikant di blog pribadinya dan Buku The Almanack of Naval Ravikant yang bisa kamu baca gratis.
Read Like an Artist. Book Club nya Austin Kleon. Jadi dapat buku-buku yang menarik untuk dibaca selanjutnya.
How to do Nothing, Penulis Jenny Odell
Old in Art School, Penulis nya Nell Irvin Painter
Arbitrary Stupid Goal, Penulisnya Tamara Shopsin
UI UX Resources. Kumpulan link UI UX inpirasi, warna, desain sistem, ilustrasi, mockup, foto, dll.
Newsletternya Oliur. Salah satu desainer yang aku follow dan banyak belajar darinya di youtube, tulisan, maupun online coursenya.
The Walking Moment. Website yang dibuat Mas Nawan (Dwinawan) dan istri menuliskan kesan dan jejak tempat telah dikunjungi. Typography, Foto, Layout, dan tulisannya bener-bener buagus banget.
Komitmen minggu lalu yang gagal
❌ Lanjut membaca buku Psychology of Money. Entah kenapa belum sempet aja.
Komitmen minggu lalu yang berhasil
✅ Lanjut dan finalise desain web app nya Finblox. Udah selesai.
Sekian untuk berkabar kali ini, sampai jumpa di berkabar berikutnya.